Virus Corona, Ramadhan, dan Perubahan Tradisi Selama Ramadhan

Ramadhan, | 14 May 2020 15:38:46


Bagi umat muslim di seluruh dunia, ramadhan adalah salah satu bulan yang dihormati dan disucikan di tiap tahunnya. Karena umat muslim menyakini bahwa bulan Ramadhan, bulan di mana Allah menurunkan ayat pertama dari kitab suci Al-Quran kepada Nabi Muhammad.

Setiap hari dalam sebulan, umat muslim di seluruh dunia akan mencoba untuk berhubungan kembali dengan iman mereka melalui ibadah, seperti shalat, membaca Al-Quran, memberi amal, dan menyambung kembali silahturahim dengan sanak famili dan teman.

Ramadhan selalu menjadi bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia, tak hanya di Indonesia saja. Menyambut ramadhan di berbagai negara sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Berikut beberapa tradisi Ramadhan di berbagai negara : 

1. Festival Garagaou di Qatar

Setiap tanggal 13, 14, dan 15 pada bulan Ramadhan selepas berbuka puasa dan shalat maghrib, anak-anak kecil di Qatar akan berpawai dengan kostum khusus untuk merayakan festival Garagou ini. Dalam festival tersebut anak laki-laki akan menggunakan baju arab hitam berompi merah bersulam emas.

Di kesempatan yang sama anak perempuan akan mengenakan pakaian tradisional yang disebut disdaashas. Biasanya mereka mengenakan disdaashas yang berwarna cerah lengkap dengan ikat kepala yang disebut dengan bukhing atau hijab hitam transparan berhias benang emas.

2. Lampu Fanus dan hidangan Kunafa saat Ramadhan di Mesir

Menjelang ramadhan umat muslim di Mesir akan memasang lampu Fanus di halaman rumah. Konon tradisi ini dimulai sejak Dinasti Fattimiyah. Kala itu, lampu Fanus dipasang untuk menyambut kedatangan pasukan Raja yang datang berkunjung menjelang datangnya bulan Ramadhan. Tak hanya itu, selama bulan Ramadhan warga muslim Mesir juga akan menyediakan hidangan manis yang bernama Kunafa.

3. Kuliner bernuansa Turki selama Ramadhan di Jerman

Hal yang unik saat Ramadhan di Jerman adalah adanya sajian menu makanan bernuansa Turki. Seperti misalnya Suus ( minuman berbahan baku gula hitam), dschellab (gula dan sirup kurma), qata'ef (kue kering yang direndam sirup gula), dan kalladsch (adonan pillo isi kacang kacangan)

4. Dugderan di Semarang, Indonesia

Dugderan merupakan tradisi masyarakat Semarang yang sudah dilakukan sejak tahun 1881 silam. Tradisi ini dilakukan untuk menentukan awal puasa di bulan Ramadhan karena adanya perbedaan penentuan Ramadhan di masa itu.

Kini tradisi Dugderan memiliki pergeseran makna dengan diubah semacam pestan rakyat. Dalam tradisi Dugderan, dibuat layaknya pesta rakyat yang diisi dengan beragam tradisi. Mulai dari Tari Japin, karnaval, hingga tabuh bedug oleh walikota Semarang. Dan proses ritual (pengumuman awal puasa) jadi acara puncak Dugderan.

Lantas, bagaimana Virus Corona mempengaruhi puasa?

Puasa selama bulan Ramadhan adalah wajib. Pengecualian dibuat untuk anak-anak, wanita yang sedang hamil, menstruasi, menyusui dan orang-orang yang sakjt atau bepergian. Mereka yang mengalami gejala Covid-19 mungkin tidak harus berpuasa selama Ramadhan jika mereka tidak mampu secara fisik

Namun, tahun ini, semuanya dipastikan bakal berubah. Terlebih bulan Ramadhan kali ini saat pandemi corona, sehingga ada kewajiban physical distancing.

Berikut hal-hal yang membedakan Ramadhan tahun ini dengan tahun sebelumnya dengan adanya Covid:

1. Absen ibadah berjamaah

Pemuka agama Islam di seluruh dunia sudah menghimbau umat untuk beribadah dari rumah untuk menghindari penyebaran virus Corona. Tarawih dan bahkan shalat Idul Fitri tidak akan digelar secara berjamaah di masjid.

Penutupan masjid untuk beribadah memang sementara. Tapi belum ada tanda-tanda masjid dan mushola boleh digunakan untuk beribadah Ramadhan. Jadi, kalau biasanya masjid dan mushola penuh sesak dengan jamaah, maka tahun ini pemandangan seperti itu tidak akan ditemui.

2: Tidak ada buka puasa bersama dan berkumpul

Salah satu tradisi yang selalu dinanti saat Ramadhan, apalagi kalau bukan buka puasa bersama. Pada umumnya bukber ini dilakukan, oleh sebagian orang dijadikan sebagai ajang temu kangen antar teman yang sudah lama tidak jumpa. Tradisi ini dilakukan dengan berkumpul di sebuah restauran atau tempat makan yang sebelumnya dipilih oleh panitia bukber.

Seperti yang kita ketahui bersama, semenjak adanya pandemi Covid ini, pemerintah melalui Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan keputusan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Yang artinya "Pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit", PSBB itu sendiri berlaku di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali.

Dengan adanya PSBB tersebut, kebiasaan bukber tidak dapat dilakukan dikarenakan berbagi makanan dapat beresiko menularkan virus terutama bagi para orang tua dan mereka yang sedang sakit.

3. Tak ada pasar Ramadhan

Berburu kuliner juga menjadi kebiasaan seru selama Ramadhan. Banyak makanan yang muncul di bulan Ramadhan. Pasar atau bazar Ramadhan menjadi sasaran berburu kuliner untuk berbuka.

Sayangnya, tahun ini pasar semacam itu tidak akan ada untuk mencegah orang berkerumun dan mengabaikan pyhsical distancing.

4. Tak ada tradisi mudik

Momen mudik menjelang lebaran bagi para perantau untuk bertemu sanak saudara di kampung halaman, tahun ini sebaiknya ditunda dulu bahkan sebaiknya tidak dilakukan. Karena saat mudik, potensi penularan covid-19 naik berkali lipat.

Para pemudik berpotensi menjadi carrier atau pembawa virus dari daerah yang telah terpapar virus Corona. Apalagi kalau daerahnya termasuk zona merah, sehingga menjadi sumber penularan.

(AKANE AJIE)